Dalam majalah Perancis
L'Observateur, yang terbit tanggal 14 Agustus 1952. Istilah “dunia ketiga”,
digunakan oleh Alfred Sauvy pada dasarnya untuk menyebut negara-negara yang
tidak bersekutu dengan Blok Barat ataupun Blok Soviet (Blok Timur) yang sedang
berkonfrontasi selama masa Perang Dingin. Sauvy memakai istilah tersebut untuk
menyebut negara-negara yang sedang berkembang di kawasan Amerika Latin, Afrika,
Oseania, dan Asia yang tidak bersekutu dengan Blok Barat dan Blok Timur selama
Perang Dingin (1945-1989). Sedangkan Negara-negara yang masuk dan menjadi
anggota Blok Barat, pada gilirannya, disebut sebagai negara-negara “dunia pertama”.
Sementara, Negara-negara “dunia kedua” adalah negara-negara yang menjadi
anggota Blok Timur (Pakta Warsawa) atau Blok Komunis. Istilah-istilah ini
dipakai pasca Perang Dunia II dan terus mewarnai percaturan politik dunia
selama masa Perang Dingin.
Namun, istilah “dunia ketiga”
dewasa ini digunakan untuk menyebut semua negara yang masuk dalam kategori
“negara berkembang” (developing country), Dunia ketiga pun dieksploitasi untuk
kepentingan dunia pertama. Praktik penjajahan baik sebelum Perang Dunia Ketiga
maupun setelahnya menunjukkan kebenaran pemahaman Sauvy ini. Negara-negara
dunia ketiga umumnya berada di bawah penjajahan bangsa Eropa. Eksistensi
negara-negara tersebut terwujud dan diperjuangkan melalui perang melawan bangsa
penjajah. Karena itu, keadaan ekonomi di negara-negara dunia ketiga sangat
terkebelakang.
Berbagai sumber daya alam
dieksploitasi untuk kepentingan Negara-negara dunia pertama alias penjajah.
Setelah Perang Dunia II pun negara-negara Barat (dunia pertama) dan
negara-negara komunis (dunia kedua) berusaha dan bersaing menguasai
negara-negara dunia ketiga. Demikianlah, negara-negara dunia ketiga masuk dan
menjadi bagian yang diperebutkan selama masa Perang Dingin. Itulah sebabnya
mengapa negara-negara dunia ketiga pun sering disebut sebagai Negara-negara
non-blok (Non Align Countries). Untuk sebagiannya, istilah dunia ketiga (tidak
termasuk Cina karena secara politik masuk menjadi anggota Blok Komunis) muncul
pertama kali secara politik dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung tahun
1955. Pada saat inilah negara-negara Asia-Afrika yang tidak masuk dalam Blok
Barat (dunia pertama) maupun Blok Timur (dunia kedua) mendeklarasikan diri
sebagai negara-negara non-blok. Sejak saat inilah dunia ketiga identik
dengan non-blok. Belakangan ini muncul istilah “dunia keempat”. Istilah ini
dipakai untuk menyebut negara-negara yang tidak berkembang dalam sektor
industri dan menggantungkan hidup hanya dari sektor pertanian. Istilah ini juga
dipakai untuk menyebut negara- negara yang masyarakatnya masih hidup secara
tradisional dan berpindah-pindah (nomaden). Negara-negara yang dikategorikan
sebagai negara gagal (failed countries) pun dikategorikan sebagai negara-negara
dunia keempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar